Rabu, 28 Maret 2012

Lonceng Cakra Donya

Lonceng bersejarah, Cakra Donya, merupakan salah satu koleksi penting museum Aceh. Adapun lonceng diberikan Kerajaan China melalui perantaraan pelaut ulung Laksamana Cheng Ho, sebagai tanda terjalinnya persahabatan antara kerajaan tersebut dan kerajaan Aceh.
Cakra Donya yang terbuat dari besi ini berbentuk menyerupai stupa. Tinggi 125 cm dan lebar 75 cm, sedangkan tahun pembuataanya 1409.
Pada bagian luar lonceng terdapat hiasan dan simbol berbentuk aksara China dan Arab. Aksara China bertuliskan Fang Niat tong Juu Kat Yat Tjo atau Sultan Sing Fa yang telah dituang dalam bulan 12 dari tahun kelima, yang berbentuk aksara Arab tidak dapat dibaca lagi.

Makna dari Cakra Bonya diambil dari Cakra yang artinya poros kereta, lambang-lambang wishnu, cakrawala, atau matahari. Sementara itu, donya berarti dunia. Pada dasarnya, Cakra Donya dalah nama sebuah kapal perang Sultan Iskandar Muda (1607-1636) yang menggantungkan lonceng hadiah dari Kerajaan China saat menyerbu Potugis di Malaka.

Lonceng kapal itu pernah juga digantung dengan rantai jangkar pada pohon kuda-kuda di dekat masjid Baiturrahim yang terletak di kompleks keraton Kesultanan Aceh Darussalam. Ia akan dibunyikan untuk memanggil penghuni keraton agar berkumpul saat sultan hendak mengumumkan suatu hal.

Sejak 1915, lonceng Cakra Donya dipindahkan ke Museum Aceh lalu ditempatkan pada sebuah kubah. Rantai besi sepanjang 9,63 cm pada lonceng, ini dulu dipakai untuk menggantung lonceng pada pohon kuda-kuda di depan masjid Baiturahhim sampai 1915.

Artikel Terkait Lainnya :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar